watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

ASMARA DITENGAH HUTAN

Ada suatu liburan sekolah yang panjang, kami
dari sebuah SLTA mengadakan pendakian
gunung di Jawa Timur. Rombongan terdiri dari 5
laki-laki dan 5 wanita. Diantara rombongan itu
satu guru wanita ( guru biologi) dan satu guru
pria ( guru olah raga ). Acara liburan ini
sebenarnya amat tidak didukung oleh cuaca.
Soalnya, acara kami itu diadakan pada awal
musim hujan. Tapi kami tidak sedikitpun gentar
menghadapi ancaman cuaca itu. Ada yang
sedikit mengganjal hati saya, yakni Ibu Guru
Anisa ( saya memanggilnya Anisa ) yang
terkenal galak dan judes itu dan anti cowok !
denger-denger dia itu lesbi. Ada yang bilang dia
patah hati dari pacarnya dan kini sok anti cowok.
Bu Anis usianya belum 30 tahun, sarjana, cantik,
tinggi, kulit kuning langsat, full press body.
Sedangkan teman - teman cewek lainnya terdiri
dari cewek-cewek bawel tapi cantik-cantik dan
periang, cowoknya, terus terang saja, semuanya
bandit asmara ! termasuk pak Martin guru olah
raga kami itu.
Perjalanan menuju puncak gunung, mulai dari
kumpul di sekolah hingga tiba di kaki gunung di
pos penjagaan I kami lalui dengan riang gembira
dan mulus-mulus saja. Seperti biasanya
rombongan berangkat menuju ke sasaran
melalui jalan setapak. Sampai tengah hari, kami
mulai memasuki kawasan yang berhutan lebat
dengan satwa liarnya, yang sebagian besar
terdiri dari monyet-monyet liar dan galak.
Menjelang sore, setelah rombongan istirahat
sebentar untuk makan dan minum, kami
berangkat lagi. Kata pak Martin sebentar lagi
sampai ke tujuan. Saking lelahnya, rombongan
mulai berkelompok dua-dua. Kebetulan aku
berjalan paling belakang menemani si bawel
Anisa dan disuruh membawa bawaannya lagi,
berat juga sih, sebel pula! Sebentar-sebentar
minta istirahat, bahkan sampai 10 menit, lima
belas menit, dan dia benar-benar kecapean dan
betisnya yang putih itu mulai membengkak.
Kami berangkat lagi, tapi celaka, rombongan di
depan tidak nampak lagi, nah lo ?! Kami
kebingungan sekali, bahkan berteriak
memanggil-manggil mereka yang berjalan
duluan. Tak ada sahutan sedikitpun, yang
terdengar hanya raungan monyet-monyet liar,
suara burung, bahkan sesekali auman harimau.
Anisa sangat ketakutan dengan auman harimau
itu. Akhirnya kami terus berjalan menuruti naluri
saja. Rasa-rasanya jalan yang kami lalui itu
benar, soalnya hanya ada satu jalan setapak
yang biasa dilalui orang.
Sial bagi kami, kabut dengan tiba-tiba turun,
udara dingin dan lembab, hari mulai gelap, hujan
turun rintik-rintik. Anisa minta istirahat dan
berteduh di sebuah pohon sangat besar. Hingga
hari gelap kami tersasar dan belum bertemu
dengan rombongan di depan. Akhirnya kami
memutuskan untuk bermalam di sebuah tepian
batu cadas yang sedikit seperti goa.
Hujan semakin lebat dan kabut tebal sekali, udara
menyengat ketulang sumsum dinginnya. Bajuku
basah kuyup, demikian juga baju Anisa. Dia
menggigil kedinginan. Sekejap saja hari menjadi
gelap gulita, dengan tiupan angin kencang yang
dingin. Kami tersesat di tengah hutan lebat.
Tanpa sadar Anisa saking kedinginan dia
memeluk aku. "Maaf" katanya. Aku diam saja,
bahkan dia minta aku memeluknya erat-erat agar
hangat tubuhnya. Pelukan kami semakin erat,
seiring dengan kencangnya deras hujan yang
dingin. Jika aku tak salah, hampir tiga jam
lamanya hujan turun, dan hampir tiga jam kami
berpelukan menahan dingin.
Setelah hujan reda, kami membuka ransel
masing-masing. Tujuan utamanya adalah
mencari pakaian tebal, sebab jaket kami sudah
basah kuyup. Seluruh pakaian bawaan Anisa
basah kuyup, aku hanya punya satu jaket
parasut di ransel. Anisa minta aku meminjamkan
jakaetku. Aku setuju. Tapi apa yag terjadi ?
wow...Anisa dalam suasana dingin itu membuka
seluruh pakaiannya guna diganti dengan yang
agak kering. Mulai dari jaket, T. Shirt nya, BH
nya, wah aku melihat seluruh tubuh Anisa. Dia
cuek saja, payudaranya nampak samar-samar
dalam gelap itu. Tiba-tiba dia memelukku lagi.
"Dingin banget" katanya. "Terang dingin , habis
kamu bugil begini" jawabku.
"Habis bagaimana? basah semua, tolong pakein
aku jeketmu dong ?" pinta Anisa.
Aku memakaikan jaket parasut itu ketubuh
Anisa. Tanganku bersentuhan dengan
payudaranya, dan aku berguman
" Maaf Nisa ?"
"Enggak apa-apa ?!": sahutnya.
Hatiku jadi enggak karuan, udara yang aku
rasakan dingin mendadak jadi hangat, entah apa
penyebabnya. Anisa merangkulku, "Dingin"
katanya, aku peluk saja dia erat-erat. " Hangat
bu ?" tanyaku " iya, hangat sekali, yang kenceng
dong meluknya " pintanya. Otomatis aku peluk
erat-erat dan semakin erat.
Aneh bin ajaib, Anisa tampak sudah berkurang
merasakan kedinginan malam itu, seperti aku
juga. Dia meraba bibirku, aku reflex mencium
bibir Anisa. Lalu aku menghindar. "Kenapa?"
tanya Anisa
" Maaf Nisa ? " Jawabku.
" Tidak apa-apa Rangga, kita dalam suasana
seperti ini saling membutuhkan, dengan begini
kita saling bernafsu, dengan nafsu itu
membangkitkan panas dalam darah kita, dan
bisa mengurangi rasa dingin yang menyengat.
Kembali kami berpelukan, berciuman, hingga
tanpa sadar aku memegang payudaranya Anisa
yang montok itu, dia diam saja, bahkan seperti
meningkat nafsu birahinya. Tangannya secara
reflek merogoh celanaku kedalam hingga masuk
dan memegang penisku. Kami masih
berciuman, tangan Anisa melakukan gerakan
seperti mengocok-ngocok 'Mr. Penny'ku.
Tanganku mulai merogoh 'Ms. Veggy'nya Anisa,
astaga ! dia rupanya sudah melepas celana
dalamnya sedari tadi. Karena remang-remang
aku sampai tak melihatnya. 'Ms. Veggy'nya
hangat sekali bagian dalamnya, bulunya lebat.
Anisa sepontan melepas seluruh pakaiannya,
dan meminta aku melepas pula . Aku tanpa basa
basi lagi langsung bugil. Kami bergumul diatas
semak-semak, kami melakukan hubungan
badan ditengah gelap gulita itu. Kami saling ganti
posisi, Anisa meminta aku dibawah, dia diatas.
Astaga, goyangnya!! Pengalaman banget dia ?
kan belum kawin ?
" Kamu kuat ya?" bisiknya mesra.
" Lumayan sayang ?!" sahutku setengah berbisik.
" Biasa main dimana ?" tanyanya
"Ada apa sayang?" tanyaku kembali.
" Akh enggak" jawabnya sambil melepas 'Ms.
Veggy'nya dari 'Mr. Penny'ku, dan dengan
cekatan dia mengisap dan menjilati 'Mr. Penny'ku
tanpa rasa jijik sedikitpun. Anisa meminta agar
aku mengisap payudaranya, lalu menekan
kepalaku dan menuntunnya ke arah 'Ms.
Veggy'nya. Aku jilati 'Ms. Veggy' itu tanpa rasa
jijik pula. Tiba-tiba saja dia minta senggama lagi,
lagi dan lagi, hingga aku ejakulasi.
Aku sempat bertanya, "Bagaimana jika kamu
hamil ?"
" Don't worry !" katanya. Dan setelah dia
memebersihkan 'Ms. Veggy'nya dari spermaku,
dia merangkul aku lagi. Malam semakin larut,
hujan sudah reda, bintang-bintang di langit mulai
bersinar. Pada jam 12 tengah malam, bulan
nampak bersinar terang benderang. Paras Anisa
tampak anggun dan cantik sekali. Kami ngobrol
ngalor-ngidul, soal kondom, soal sekolah, soal
nasib guru, dsb. Setelah ngobrol sekian jam,
tepat pukul 3 malam, Anisa minta bersetubuh
denganku lagi, katanya nikmat sekali 'Mr.
Penny'ku. Aku semakin bingung, dari mana dia
tahu macam-macam rasa 'Mr. Penny', dia kan
belum nikah ? tidak punya pacar ? kata orang dia
lesbi.
Aku menuruti permintaan Anisa. Dia
menggagahi aku, lalu meminta aku melakukan
pemanasan sex (foreplay). Mainan Anisa bukan
main hebatnya, segala gaya dia lakukan. Kami
tak peduli lagi dengan dinginnya malam,
gatalnya semak-semak. Kami bergumul dan
bergumul lagi. Anisa meraih tanganku dan
menempelkan ke payudaranya. Dia minta agar
aku meremas-remas payudaranya, lalu
memainkan lubang 'Ms. Veggy'nya dengan
jariku, menjilati sekujur bagian dagu. Tak kalah
pula dia mengocok-ngocok 'Mr. Penny'ku yang
sudah sangat tegang itu, lalu dijilatinya, dan
dimasukkannya kelubang vaginanya, dan kami
saling goyang menggoyang dan hingga kami
saling mencapai klimaks kenikmatan, dan terkulai
lemas.
Anisa minta agar aku tak usah lagi menyusul
kelompok yang terpisah. Esoknya kami
memutuskan untuk berkemah sendiri dan
mencari lokasi yang tak akan mungkin dijangkau
mereka. Kami mendapatkan tempat ditepi jurang
terjal dan ada goa kecilnya, serta ada sungai
yang bening, tapi rimbun dan nyaman.
Romantis sekali tempat kami itu. Aku dan Anisa
layaknya seperti Tarzan dan pacarnya di tengah
hutan. Sebab seluruh baju yang kami bawa
basah kuyup oleh hujan. Anisa hanya memakai
selembar selayer yang dililitkan diseputar perut
untuk menutupi kemaluannya. Aku telanjang
bulat, karena baju kami sedang kami jemur
ditepi sungai. Anisa dengan busana yang sangat
minim itu membuat aku terangsang terus,
demikian pula dia. Dalam hari-hari yang kami
lalui kami hanya makan mi instant dan makanan
kaleng.
Tepat sudah tiga hari kami ada ditempat terpencil
itu. Hari terakhir, sepanjang hari kami hanya
ngobrol dan bermesraan saja. Kami
memutuskan esok pagi kami harus pulang. Di
hari terakhir itu, kesmpatan kami pakai
semaksimal mungkin. Di hari yang cerah itu,
Anisa minta aku mandi bersama di sungai yang
rimbun tertutup pohon-pohon besar. Kami
mandi berendam, berpelukan, lalu bersenggama
lagi. Anisa menuntun 'Mr. Penny'ku masuk ke
'Ms. Veggy'nya. Dan di menggoyangkan
pinggulnya agar aku merasa nikmat. Aku
demikian pula, semakin menekan 'Mr. Penny'ku
masuk kedalam 'Ms. Veggy'nya.
Di atas batu yang ceper nan besar, Anisa
membaringkan diri dengan posisi menantang,
dia menguakkan selangkangngannya, 'Ms.
Veggy'nya terbuka lebar, disuruhnya aku
menjilati bibir 'Ms. Veggy'nya hingga klitoris
bagian dalam yang ngjendol itu. Dia merasakan
nikmat yang luar biasa, lalu disuruhnya aku
memasukkan jari tengahku ke dalam lubang 'Ms.
Veggy'nya, dan menekannya dalam-dalam. Mata
Anisa merem melek kenikmatan. Tak lama
kemudian dia minta aku yang berbaring, 'Mr.
Penny'ku di elus-elus, diciumi, dijilati, lalu
diisapnya dengan memainkan lidahnya, Anisa
minta agar aku jangan ejakulasi dulu,
"Tahan ya ?" pintanya. " Jangan dikeluarin lho ?!"
pintanya lagi.
Lalu dia menghisap 'Mr. Penny'ku dalam-dalam.
Setelah dia enggak tahan, lalu dia naik diatasku
dan memasukkan 'Mr. Penny'ku di 'Ms.
Veggy'nya, wah, goyangnya hebat sekali,
akhirnya dia yang kalah duluan. Anisa mencubiti
aku, menjambak rambutku, rupanya dia "
keluar", dan menjerit kenikmatan, lalu aku
menyusul yang "keluar" dan
oh,,,,oh...oh....muncratlah air maniku dilubang
'Ms. Veggy' Anisa.
"Jahat kamu ?!" kata Anisa seraya menatapku
manja dan memukuli aku pelan dan mesra. Aku
tersenyum saja. " Jahat kamu Rangga, aku kalah
terus sama kamu " Ujarnya lagi. Kami sama-
sama terkulai lemas diatas batu itu.
Esoknya kami sudah berangkat dari tempat yang
tak akan terlupakan itu. Kami memadu janji,
bahwa suatu saat nanti kami akan kembali ke
tempat itu. Kami pulang dengan mengambil
jalan ke desa terdekat dan pergi ke kota terdekat
agar tidak bertemu dengan rombongan yang
terpisah itu. Dari kota kecil itu kami pulang ke
kota kami dengan menyewa Taxi, sepanjang
jalan kami berpelukan terus di dalam Taxi. Tak
sedikitpun waktu yang kami sia-siakan. Anisa
menciumi pipiku, bibirku, lalu membisikkan kata
" Aku suka kamu " Aku juga membalasnya
dengan kalimat mesra yang tak kalah indahnya.
Dalam dua jam perjalanan itu, tangan dan jari-
jari Anisa tak henti-hentinya merogoh celana
dalamku, dan memegangi 'Mr. Penny'ku. Dia
tahu aku ejakulasi di dalam celana, bahkan Anisa
tetap mengocok-ngocoknya. Aku terus
memeluk dia, pak Supir tak ku ijinkan menoleh
kami kebelakang, dia setuju saja. Sudah tiga kali
aku " keluar" karena tangan Anisa selalu
memainkan 'Mr. Penny'ku sepanjang perjalanan
di Taxi itu.
" Aku lemas sayang ?!" bisikku mesra
" Biarin !" Bisiknya mesra sekali. " Aku suka kok !"
Bisiknya lagi.
Tidak mau ketinggalan aku merogoh celana olah
raga yang dipakai Anisa. Astaga, dia tidak pakai
celana dalam. Ketika jari-jari tanganku menyolok
'Ms. Veggy'nya, dia tersenyum, bulunya ku
tarik-tarik, dia meringis, dan apa yang terjadi ?
astaga lagi, Anisa sudah 'keluar' banyak, 'Ms.
Veggy'nya basah oleh semacam lendir, rupanya
nafsunya tinggi sekali, becek banget. Tangan
kami sama-sama basah oleh cairan kemaluan.
Ketika sampai di rumah Anisa, aku disuruhnya
langsung pulang, enggak enak sama tetangga
katanya. Dia menyodorkan uang dua lembar
lima puluh ribuan, aku menolaknya, biar aku saja
yang membayar Taxi itu. Lalu aku pulang.
Hari-hari berikutnya di sekolah, hubunganku
dengan Anisa guru biologiku, nampak wajar-
wajar saja dari luar. Tapi ada satu temanku yang
curiga, demikian para guru. Hari-hari selanjutnya
selalu bertemu ditempat-tempat khusus seperti
hotel diluar kota, di pantai, bahkan pernah dalam
suatu liburan kami ke Bali selama 12 hari.
Ketika aku sudah menyelesaikan studiku di SLTA,
Anisa minta agar aku tak melupakan kenangan
yang pernah kami ukir. Aku diajaknya ke sebuah
Hotel disebuah kota, yah seperti perpisahan.
Karena aku harus melanjutkan kuliah di Australia,
menyusul kakakku. Alangkah sedihnya Anisa
malam itu, dia nampak cantik, lembut dan
mesra. Tak rela rasanya aku kehilangan Anisa.
Kujelaskan semuanya, walau kita beda usia yang
cukup mencolok, tapi aku mau menikah
dengannya. Anisa memberikan cincin bermata
berlian yang dipakainya kepada aku. Aku
memberikan kalung emas bermata zamrud
kepada Anisa. Cincin Anisa hanya mampu
melingkar di kelingkingku, kalungku langsung
dipakainya, setelah dikecupinya. Anisa berencana
berhenti menjadi guru, "sakit rasanya" ujarnya
kalau terus menjadi guru, karena kehilangan aku.
Anisa akan melanjutkan S2 nya di USA, karena
keluarganya ada disana. Setelah itu kami
berpisah hingga sekian tahun, tanpa kontak lagi.
Pada suatu saat, ada surat undangan pernikahan
datang ke Apartemenku, datangnya dari Dra.
Anisa Maharani, MSC. Rupanya benar dia
menyelesaikan S2 nya.Aku terbang ke Jakarta,
karena resepsi itu diadakan di Jakarta disebuah
hotel bintang lima. Aku datang bersama kakakku
Rina dan Papa. Di pesta itu, ketika aku datang,
Anisa tak tahan menahan emosinya, dia
menghampiriku ditengah kerumunan orang
banya itu dan memelukku erat-erat, lalu
menangis sejadi-jadinya.
"Aku rindu kamu Rangga kekasihku, aku sayang
kamu, sekian tahun aku kehilangan kamu, andai
saja laki-laki disampingku dipelaminan itu adalah
kamu, alangkah bahagianya aku " Kata Anisa lirih
dan pelan sambil memelukku.
Kamu jadi perhatian para hadirin, Rina dan Papa
saling tatap kebingungan. Ku usap airmata tulus
Anisa. Kujelaskan aku sudah selesai S1 dan akan
melanjutkan S2 di USA, dan aku berjanji akan
membangun laboratorium yang kuberi nama
Laboratorium "Anisa". Dia setuju dan masih
menenteskan air mata.
Setelah aku diperkenalkan dengan suaminya, aku
minta pamit untuk pulang, akupun tak tahan
dengan suasana yang mengharukan ini. Setelah
lima tahun tak ada khabar lagi dari dia, aku sudah
menikah dan punya anak wanita yang kuberi
nama Anisa Maharani, persis nama Anisa. Ku
kabari Anisa dan dia datang kerumahku di
Bandung, dia juga membawa putranya yang
diberi nama Rangga, cuma Rangga berbeda usia
tiga tahun dengan Anisa putriku. Aku masih
merasakan getaran-getaran aneh di hatiku,
tatapan Anisa masih menantang dan panas,
senyumnya masih menggoda. Kami sepakat
untuk menjodohkan anak kami kelak, jika Tuhan
mengijinkannya.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/1483
U-ON

inc Powered by Xtgem.com